Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) kembali menghasilkan inovasi dalam bidang perkapalan, yaitu berupa kapal ikan dengan material utama berbahan plastik. Kapal ikan berbasis Rigid Buoyant Boat (RBB) ini dibuat dengan material plastic High-Density Polyethylene (HDPE) dan diuji coba bersama dengan kelompok nelayan Desa Telocor. Inovasi ini adalah luaran dari penelitian yang didanai melalui program Riset Keilmuan Terapan oleh Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP) tahun 2022. Konsep RBB selama ini banyak digunakan pada kapal-kapal patroli untuk menjamin stabilitas dan keamanan kapal. Pemanfaatan konsep RBB pada kapal ikan dimaksudkan sebagai modifikasi dari konsep kapal ikan dengan cadik yang selama ini banyak dijumpai pada kapal-kapal ikan di berbagai daerah di Indonesia.
Penggunaan Material HDPE sebagai Material Pembangun Kapal Ikan
Dengan penambahan konstruksi pipa yang menempel pada lambung sepanjang tepi geladak kapal sesuai konsep RBB, akan menambah daya apung dan stabilitas kapal, sehingga tidak diperlukan tambahan cadik. Dengan konsep RBB, kapal menjadi lebih ramping sehingga penggunaan bahan bakar lebih efisien, maneuver kapal lebih baik dan tidak menghabiskan ruang ketika puluhan kapal ditambatkan bersisian di dermaga. Modifikasi lainnya dilakukan untuk meningkatkan fungsi operasional kapal sehingga dapat beroperasi lebih dari 1 hari, yaitu pada penyimpanan ikan dan ruang akomodasi nelayan.
Dari sisi material, rancangan kapal ikan berbasis RBB menggunakan material HDPE. Plastic HDPE merupakan salah satu material alternative untuk pembangunan kapal kecil sebagai alternative pengganti kayu dan Fiberglass Reinforced Plastic (FRP). Kelebihan dari material HDPE untuk kapal adalah sifatnya yang ringan, awet dan yang paling penting dari sisi lingkungan adalah material HDPE dapat didaur ulang. Penggunaan material HDPE sebagai material pembangun kapal ikan ini juga dimaksudkan untuk lebih mengenalkan material HDPE kepada komunitas nelayan dan galangan kapal kecil di Indonesia.
Menurut I Putu Arta Wibawa, Ketua Tim Penelitian, material HDPE memang belum banyak digunakan oleh kelompok nelayan karena harganya relatif lebih tinggi dibandingkan FRP dan kayu. “Namun material HDPE bisa menjadi alternatif bahan pembuatan kapal, karena saat ini kayu yang bagus sudah cukup sulit didapatkan dan bahan FRP termasuk bahan yang kurang ramah lingkungan,” ungkap
Putu.
Proses pembangunan dilakukan di Bengkel Non Metal PPNS melibatkan team peneliti dosen dan mahasiswa serta 2 mitra industri galangan kapal yaitu PT. Samudra Sinar Abadi dan PT. Fiberboat Indonesia. Sebagai upaya mengenalkan desain kapal ikan berbasis RBB dengan material HDPE kepada nelayan, sekaligus untuk melihat kinerja kapal pada kondisi operasional sebenarnya, pada kapal ini telah dilakukan ujicoba dalam aktivitas penangkapan ikan yang melibatkan kelompok nelayan di Desa Tlocor, Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo.
Kesepakatan kerjasama pun terjalin antara PPNS dan kelompok nelayan tersebut untuk melanjutkan uji coba kapal selama 6 bulan ke depan. Upaya keberlanjutan uji coba ini dimulai dengan Focus Group Discussion (FGD) bersama 25 orang anggota kelompok nelayan Putra Mutiara Timur yang dilaksanakan pada 23 November 2022 lalu. FGD bertujuan memberikan gambaran tentang kapal ikan berbasis RBB dengan material HDPE kepada nelayan. Perwakilan Dinas Perikanan Sidoarjo yang hadir pada acara tersebut mengharapkan uji coba kapal ikan HDPE juga dapat dilakukan di beberapa komunitas nelayan di Sidoarjo. Data dari uji coba kapal oleh nelayan akan digunakan oleh team peneliti dari PPNS untuk melakukan pengembangan kapal ikan berikutnya.