Kolaborasi BUMN, Industri, dan PPNS Siap Produksi Masal
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) terus mendorong berbagai pihak industri untuk menghasilkan kincir air ini, salah satunya melalui produksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Boma Bisma Indra (BBI) dan PT Om Hwahaha (Futata) yang merupakan UMKM, keduanya merupakan manufaktur dan bekerja sama dengan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) sebagai pihak yang melakukan pemodelan dan riset untuk kincir air karya anak bangsa ini.Pemanfaatan potensi perikanan budidaya terus ditingkatkan melalui percepatan penggunaan kincir air karya anak bangsa.
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) terus mendorong berbagai pihak industri untuk menghasilkan kincir air ini, salah satunya melalui produksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Boma Bisma Indra (BBI) dan PT Om Hwahaha (Futata) yang merupakan UMKM, keduanya merupakan manufaktur dan bekerja sama dengan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) sebagai pihak yang melakukan pemodelan dan riset untuk kincir air karya anak bangsa ini (09-11-2021).
Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Marves melalui Asisten Deputi (Asdep) Hilirisasi Sumber Daya Maritim melakukan rapat koordinasi teknis dan kunjungan lapangan ke tempat industri kincir air ini dibuat. Dalam rapat koordinasi teknis yang dipimpin Asdep Hilirisasi Sumber Daya Maritim Amalyos Chan mengatakan bahwa, pemerintah siap mendukung adanya proses industri mulai dari pengembangan hingga produksi massal. “Kincir air ini terus kita dorong industrinya agar bisa kita produksi dalam negeri. PT BBI, PT Omhwahaha, dan PPNS jadi salah satu yang kami dorong untuk terus bekerja sama dalam melakukan produksi kincir air dalam negeri ini,” ujar Asdep Amalyos.
Kincir air karya PT BBI, PT Omhwahaha, dan PPNS ini sudah menjalani beberapa tahapan mulai dari pembahasan kerja sama, penandatanganan MoU, pembuatan dan pengujian purwarupa pada April 2021. Pengujian purwarupa dilakukan di Balai Perikanan Budidaya
Perangkat Electronic yang siap support mesin Kincir air
Air Payau (BPBAP) Situbondo di Instalasi Pasuruan selama 6 (enam) bulan. Hasil positif didapatkan seperti kestabilan kincir air ketika beroperasi dengan indikator adanya suara motor yang lebih halus, jangkauan aliran lebih jauh, jangkauan area lebih luas dan DO serta saturasi oksigen kincir ini lebih baik, serta ketinggian air pada kincir air baru juga lebih tinggi daripada kincir eksisting yang masih impor. Direktur PT Omhwahaha Sutrisno secara langsung dalam rapat ini menyampaikan bahwa purwarupa kincir air buatan mereka sudah diujicobakan dan berjalan dengan baik. “Kami sudah lakukan uji coba produk kincir air kami, proses uji coba berjalan dengan baik. Kami lakukan uji coba selama 1 (satu) siklus atau enam bulan.
Piranti Elektronik untuk Kehandalan Kincir angin
Hasilnya, kincir air kami dapat bertahan dari karat dan berfungsi baik,” kata Direktur Utama Sutrisno. Ini dikarenakan produk kincir air karya anak bangsa ini menggunakan bahan dasar yang lebih tahan terhadap karat dibandingkan bahan yang digunakan kincir air impor. Rata-rata kincir air impor ini berasal dari Taiwan, Cina, dan India. Untuk buatan karya anak bangsa memiliki spesifikasi motor penggerak 0,8 ampere yang hemat listrik, dimensi 1775 x 1630 x 960 millimeter (panjang x lebar x tinggi), kedalaman 8 centimeter sehingga menghasilkan oksigen lebih banyak dan arus yang lebih kuat, serta pipa kotak yang berbahan stainless. Kualitas dari kincir air ini juga didukung oleh BPBAP Situbondo. Dia mengungkapkan bahwa sebagai pengguna kincir air, kualitas dari kincir air sangat baik dan bisa digunakan.
Hanya saja, isu perawatan mesin perlu konsisten untuk dijaga.“Ini saya berani bilang begini, karena saya juga sudah melihat dan saya berani untuk beli kincir air ini. Hal yang paling penting adalah terkait perawatan dari kincir air yang juga perlu disiapkan dari pihak manufaktur,” kata perwakilan BPBAP Agus Suriawan.Proses Sertifikasi TKDN dan SNI Kincir Air Buatan PT BBI, PT Omhwahaha, dan PPNSDalam pembuatan sebuah produk, maka diperlukan sertifikat TKDN dan SNI. Oleh karena itu sertifikat TKDN ini sudah dalam proses dan akan dikeluarkan sertifikatnya 3 hari ke depan.
“Kita sudah bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) untuk menyelesaikan TKDN ini pihak Kemenperin sudah menunjuk Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) PT Sucofindo,” ujar Direktur Operasional PT BBI Agus Budianto. Setelah sertifikasi TKDN ini selesai, maka selanjutnya adalah melakukan sertifikasi SNI. Dengan adanya kedua sertifikasi ini, mampu menjadikan sebuah produk terstandarisasi dan teruji kualitasnya. Selain adanya standarisasi, produk kincir air ini didorong untuk dimasukkan dalam ekatalog. Tujuannya adalah untuk memberikan sebuah produk mampu bersaing dengan produk lainnya, dalam hal ini kincir air. Melalui e-katalog, para konsumen atau pengguna kincir air bisa memastikan adanya produk yang ditawarkan sudah sesuai standar yang dibutuhkan oleh pihak terkait.
PPNS selaku pihak yang bekerja sama dalam melakukan pemodelan dan riset terkait inovasi kincir air ini juga mendukung penuh dan siap memberikan berbagai inovasi lainnya untuk kincir air dalam negeri ini. “Intinya kami selalu mendorong apapun karya anak bangsa, supaya kita bisa lebih mandiri dan mampu bersaing di pasar sendiri,” ujar M. Agnis Mustaghfirin perwakilan dari PPNS. Kunjungan Workshop Pembuatan Komponen Kincir AirSetelah melakukan rapat koordinasi bersama, seluruh pihak terkait melakukan kunjungan di tempat Workshop PT Omhwahaha. Dalam workshop ditunjukkan beberapa pembuatan suku cadang kincir air.
“Hampir seluruh komponen kita kerjakan di sini, jadi betul-betul karya anak bangsa. Misalnya gearbox kita kerjakan sendiri dengan menggunakan mekanisme robotika yang presisi,” ujar Direktur Utama Sutrisno. Setelah mengunjungi workshop PT Omhwahaha, dilakukan juga kunjungan di BPBAP untuk melihat kincir air yang sudah diujicobakan dan digunakan. Fasilitas ini terletak di Pasuruan dan dalam proses aktif siklus kedua tambak udang intensif pada tahun 2021 ini. Terdapat 2 (dua) kincir air yang digunakan di tambak ini sebagai bagian dari uji coba dan evaluasi berkala kincir air karya anak bangsa.
Dalam rapat dan kunjungan ini hadir pula mendampingi Asdep Amalyos, tim dari Kemenko Marves, yaitu Kepala Bidang (Kabid) Hilirisasi Penunjang Industri Kelautan, Kepala Bidang (Kabid) Hilirisasi Industri Perikanan, dan seluruh tim dari Asdep Hilirisasi Sumber Daya Maritim.