Hilirisasi penelitian, PPNS membuat aplikasi AIS berbahasa lokal untuk nelayan

posted in: artikel | 0

Di perguruan tinggi vokasi seperti Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, hilirisasi penelitian merupakan hal wajib dilaksanakan. Hilirisasi penelitian adalah pengembangan lebih lanjut hasil-hasil riset dan inovasi agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. PPNS merupakan salah satu perguruan tinggi vokasi yang focus dalam penelitian dan inovasi bidang kemaritiman termasuk dalam topik penelitian penguasaan teknologi komunikasi dan navigasi. Peraturan Menteri Perhubungan PM Nomor 7 Tahun 2019 tentang pemasangan dan pengaktifan sistem identifikasi otomatis (AIS) bagi kapal yang berlayar di wilayah perairan Indonesia membuat PPNS turut andil dalam memberikan kontribusi berupa implementasi AIS pada kapal kapal nelayan.

Selain itu dalam rangka penerapan salah satu core value PPNS yaitu Setting Down to Earth Result, komitmen ini berfokus pada hasil penelitian PPNS yang “membumi” sehingga bisa cepat diterima masyarakat. Peran dosen dan mahasiswa dalam mengembangkan solusi inovatif semakin terlihat nyata. Sekelompok mahasiswa dari Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya yakni Muhammad Izzul Haj, Rendy Rizkananda, dan Satriya Kusuma Wardani yang dibimbing oleh Afif Zuhri Arfianto, S.T., M.T. sebagai dosen pembimbing mampu menghasilkan sebuah aplikasi untuk produk Automatic Identification System (AIS) untuk nelayan tradisional. Keberhasilan mereka dalam menggabungkan teknologi AIS dengan desain antarmuka (user interface) yang ramah pengguna membantu meningkatkan interaksi para nelayan yang kesehariannya menggunakan bahasa lokal sehingga memudahkan nelayan menggunakan aplikasi AIS ini.

Pada awalnya AIS Polkappals yang merupakan hasil dari program Matching Fund PPNS menjawab tantangan realisasi Peraturan Menteri Perhubungan No.7 Tahun 2019 terkait AIS. Masih terjadinya kecelakaan kapal yang tidak berhasil mengidentifikasi kapal nelayan di sekitarnya mendorong ide untuk melakukan riset produk tersebut. Namun, masih terdapat kekurangan dalam produk tersebut, yakni aplikasi yang dirasa terlalu rumit untuk digunakan. Melalui program PKM-KI, dikembangkanlah aplikasi untuk produk AIS yang lebih gampang digunakan dan ramah nelayan lokal. Pengembangan tersebut bertujuan agar teknologi AIS dapat diakses oleh kalangan lebih luas untuk meningkatkan teknologi keselamatan maritim Indonesia.

“Aplikasi ini merupakan pengembangan dari AIS versi pertama yang telah kami buat, berdasarkan masukan dari pengguna salah satunya adalah nelayan, mereka mengalami kesulitan dalam pemahaman perangkat AIS karena itulah kita buat aplikasi yang menu dan tampilannya menggunakan bahasa lokal, sehingga mudah dipahami oleh nelayan”. Ujar Afif Zuhri Arfianto, Ketua Program Matching Fund 2023.

Melalui program Pekan Ilmiah Mahasiswa Tahun 2023 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi RI (Kemendikbud Ristek), kelompok mahasiswa tersebut berhasil mendapatkan pendanaan pada kategori PKM-KI (Karya Inovatif). Proposal mereka yang bertajuk “Pengembangan Produk Automatic Identification System (AIS) dengan Human Computer Interaction Design untuk Nelayan Tradisional” menjadi sorotan karena memberikan kesinambungan inovatif dalam memberikan solusi teknis terhadap nelayan lokal. Pendanaan ini tidak hanya mengakui potensi mahasiswa dalam menggabungkan AIS dan desain interaksi manusia yang mendalam, namun juga menghargai kontribusi mereka dalam memajukan industri maritim dan mendukung nelayan tradisional dengan teknologi yang relevan dan terjangkau.

Screenshot aplikasi AIS berbahasa lokal

Sehingga menjadi sebuah peluang pengembangan yang memungkinkan pengguna menambah fitur atau bahkan mengubah tampilan hingga dari segi bahasa yang akan digunakan, yang ternyata merupakan inovasi yang menarik. Dengan memungkinkan pengguna untuk menyesuaikan dan mempersonalisasikan tampilan aplikasi, hal tersebut tidak hanya memberikan kemudahan penggunaan, namun juga menciptakan peluang penggunaan yang lebih luas dan fleksibilitas yang lebih besar untuk memenuhi berbagai kebutuhan kelautan.

“Harapan kedepannya, penelitian ini bisa dijadikan untuk pengembangan produk berikutnya yakni AIS Transponder dengan mengedepankan keunggulan yaitu, lebih terjangkau dan lebih mudah digunakan. Pengembangan dari segi perangkat lunak juga dapat dikembangkan lebih jauh dengan menyasar target pengguna yang lebih spesifik.” Ujar Muhammad Izzul Haj dalam wawancara.

Pengembangan aplikasi ini bersamaan dengan penelitian AIS PPNS yang memiliki mitra di Sedati, Kabupaten Sidoarjo. Hal tersebut membuat pengembangan saat ini menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa sesuai dengan daerah tersebut. Namun, tidak menutup kemungkinan aplikasi ini sangat mendukung untuk dikembangkan menggunakan bahasa lokal target pengguna nantinya. Aplikasi AIS ini memiliki kemiripan penggunaan seperti aplikasi navigasi darat lainnya. Keunggulan utama dari aplikasi ini yakni terletak pada kemampuan untuk menampilkan kapal kapal penguna AIS di sekitarnya.

Tim  PPNS mendengarkan masukan dari nelayan

Keunggulan aplikasi ini menyediakan tampilan peta yang dapat disesuaikan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Dengan alur kerja kustomisasi ini , para nelayan dapat mempersonalisasi tampilan peta mereka sesuai dengan preferensi dan keperluan navigasi mereka di laut. Hal ini memungkinkan mereka untuk tetap menggunakan teknologi yang sudah dikenal sambil tetap mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang tersedia, hingga saat mereka siap beralih ke solusi teknologi AIS yang lebih canggih.

Muhammad Izzul Haj memberikan tutorial aplikasi AIS kepada nelayan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *